Prototipe Kincir Angin Di Uji Cobakan

Prototipe kincir angina ini telah diuji cobakan di tambak milik Supardi di Desa Jatikontal, Kecamatan Purwodadi. Uji coba kincir ini dihadiri langsung oleh Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MA, didampingi oleh Kepala Bappeda Drs Said Romadhon, Kepala Dinas Pertanian Kelautan Perikanan dan Peternakan Ir Dri Sumarno dan Camat Purwodadi Sukamto, belum lama ini.
Bupati mengatakan, merasa kagum dan mengapresiasi atas penemuan ini. Ia berharap penemuan awal ini akan dapat terus dikembangkan, agar nantinya dapat benar-benar memberikan manfaat bagi para penambak udang. “Semoga dengan penemuan ini dapat memangkas ongkos operasional, sehingga dapat memberikan manfaat dan keuntungan bagi para penambak,” katanya.
Kepala Bappeda Drs Said Romadhon menjelaskan, teknologi yang dibuat oleh Muslim Gunawan memberikan peluang besar untuk membantu para patani tambak. Kincir ini dimanfaatkan untuk menggerakkan kincir-kincir kecil yang mutlak diperlukan untuk keperluan operasional tambak udang.
Lebih lanjut Said Romadhon menerangkan, kincir angin ini merupakan prototipe dan masih dalam masa uji coba. ia merangkan, nantinya satu kincir akan dapat digunakan untuk dua petak tambak udang. Kincir ini juga bisa untuk menghidupkan pompa air, sehingga sepanjang hari air dari pompa akan terus mengalir.
Sang penemu yang juga mantan dirut PDAM Muslim Gunawan menjelaskan, ongkos pembuatan kincir ini menghabiskan sekitar 15 juta, tergantung bahan dan ukuran kincir. Bahan dari baling-baling kincir terbuat dari fiber glass, agar mudah ditambal apabila ada kerusakan. Menurutnya, dibutuhkan waktu kurang lebih tiga minggu untuk membuatnya.
Pemilih tambak Supardi menjelaskan, kesulitan yang selama ini dihadapi karena menggunakan solar dalam menggerakkan kincir air. Padahal kenyataan dilapangan, solar semakin langka dan jumlahnya dibatasi. Selama ini, penggunaan solar untuk satu petak tambak udang mencapai 17 juta sekali panen. “Semoga dengan menggunakan kincir angin, akan dapat memotong biaya operasional. Yang tadinya menggunakan solar sekarang sudah tidak lagi,” terangnya.
Supardi menambahkan, Kedala lainnya adalah harga pakan yang semakin mahal. Pakan SGH satu kandi mencapai 300 ribu. Permasalah lainnya, kadang udang tidak bisa besar karena terlalu padat. Idealnya satu meter persegi diisi 70-80 udang. Yang terjadi dalam satu meter persegi dapat diisi 100-150 udang. Menurutnya, hal ini lebih karena pemahan dan pengetahuan para petani udang yang berbeda-beda. Apabila hasil sedang bagus, menurutnya satu petak dapat menghasilkan 1,2 ton.