PMI Kontinyu Lakukan Pelatihan
Palang merah Indonesia (PMI) Kabupaten Purworejo terus berupaya melakukan pelatihan untuk memperkuat skill anggota dalam penanganan pertolongan kemanusiaan. Seperti pembekalan pelatihan bagi Pembina Palang Merah Remaja (PMR) se Kabupaten Purworejo, yang dipusatkan di SMPN 4 Purworejo.
Pelatihan Siaga Bencana Berbasis Sekolah yang difasilitasi PMI Purworejo itu, telah berlangsung selama tiga hari dan mendapatkan respon positif dari Wabup Hj Yuli Hastuti SH yang sekaligus menutup kegiatan pelatihan. Menurut Yuli Hastuti, bahwa PMR adalah suatu organisasi binaan dari PMI yang berpusat di sekolah-sekolah atau kelompok-kelompok masyarakat yang bertujuan membangun karakter Kepalangmerahan agar siap menjadi Relawan PMI masa depan.
Maka dalam memberikan pelayanan yang maksimal dan bermutu baik, anggota PMR harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang mendukung pelayanan tersebut. “Karena itulah, perekrutan, pelatihan, pembinaan dan mobilisasi anggota PMR maupun Guru Pembina PMR secara kontinyu dilakukan oleh PMI. Tentunya kegiatan PMI seperti pelatihan ini, dibiayai dari salah satunya dari pos anggaran Bulan Dana PMI, Maka diharapkan bulan dana dapat didkung dengan sebaik-baiknya yang akan kembali untuk kegiatan kemanusiaan di masyarakat,” harapnya.
Ketua Panitia R Samsul Hidayat menjelaskan, pelatihan diikuti sekitar 56 guru Pembina PMR Madya atau SMP/MTs se-Kabupaten Purworejo. Adapun pelaksanaan simulasi penanganan bencana gempa, selain diikuti peserta pelatihan juga melibatkan seluruh siswa, guru, dan karyawan SMPN 4 Purworejo. Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama 3 hari diakhir September ini.
Dalam pelatihan juga diisi simulasi yang diawali dengan adanya gempa tektonik berkekuatan sekitar 6 SR. Sebagai tanda bahaya, sekolah membunyikan sirine, kemudian siswa yang berada di dalam kelas diarahkan menyelamatkan diri, memanfaatkan benda-benda di sekitarnya untuk berlindung.
Setelah gempa berhenti, para siswa dan warga sekolah selanjutnya diarahkan menuju titik kumpul. Dalam kejadian ini disimulasikan ada 15 siswa yang mengalami luka ringan hingga berat dan langsung diberikan pertolongan pertama. Untuk memberikan penanganan medis lanjutan, pihak sekolah kemudian menghubungi PMI. Para korban yang terluka parah selanjutnya dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat menggunakan ambulance.
Dengan kegiatan simulasi ini, semua yang terlibat diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh saat benar-benar terjadi bencana. Selain itu juga menularkan ilmu di lingkungannya. “Dalam simulasi ini kita berikan edukasi kepada warga sekolah, apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana. Misalnya tadi guru juga mengarahkan dan menentukan collecting area bagi korban terluka di titik kumpul,” ujar Samsul.