Menurutnya, embung merupakan tandon air atau waduk berukuran kecil yang berguna menampung kelebihan air hujan dimusim penghujan, dan pada musim kemarau dimanfaatkan untuk berbagai keperluan baik di bidang pertanian maupun kepentingan masyarakat. Untuk itu ia berharap agar pembangunan Embung Bagelen bisa diselesaikan pada pertengahan bulan November, sehingga pada bulan Desember sudah bisa menampung air.

“Harapan saya kalau pertengahan November selesai, pada bulan Desember embung sudah bisa terisi. Nanti kalau itu bisa dipercepat maka tabungan air cukup tinggi, sehingga kebutuhan air baku dan pengairan pertanian dapat berjalan baik. Petani bisa menanam tanaman hortikultura, maka ini kehidupan yang baru. Tanah yang gersang ini disulap lebih produktif,” katanya.

Ganjar juga akan mendorong pembuatan embung di daerah-daerah yang rawan kekeringan untuk memenuhi kebutuhan air di lahan pertanian. Dengan demikian diharapkan produktivitas pertanian akan meningkat, sehingga akan mendukung terwujudnya kedaulatan pangan.

“Tidak hanya yang skala kecil seperti ini, nanti kita buat yang skala besar. Kalau itu bisa kita dorong, maka produktivitasnya tinggi sekali. Harapan kita kecukupan pangan nasional bisa disuplai salah satunya dari Jawa Tengah,” tandasnya.

Sementara itu Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Tengah Prasetyo Budie Yuwono ME mengatakan, Embung Bagelen direncanakan terdiri dari dua buah tampungan. Tampungan pertama dengan kapasitas 4.170 m3 dan tampungan kedua dengan kapasitas 8.557 m3. Pembangunan Embung Bagelen diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Air Embung Bagelen akan dimanfaatkan untuk air baku dan untuk pengairan tanaman hortikultura. Air baku bisa untuk memenuhi kebutuhan 275 kepala keluarga (KK) dan untuk pemberdayaan tanaman hortikultura dengan luas kira-kira 20 hektar,” terangnya.